Isim Musytaq

اِسْم مُشْتَق

ISIM MUSYTAQ

Isim Musytaq ialah Isim yang dibentuk dari kata lain dan memiliki makna yang berbeda dari kata pembentuknya. Isim Musytaq itu ada tujuh macam:

1. ISIM FA’IL ( اِسْم فَاعِل ) atau Isim Pelaku (yang melakukan pekerjaan).
Isim Fa’il ada dua wazan (pola pembentukan) yaitu:
a) فَاعِلٌ bila berasal dari Fi’il Tsulatsi (Fi’il yang terdiri dari tiga huruf)
b) مُفْعِلٌ bila berasal dari Fi’il yang lebih dari tiga huruf
Read more of this post

Isim Jamid

اِسْم جَامِد

ISIM JAMID

Menurut asal kata dan pembentukannya, Isim atau Kata Benda terbagi dua:

  1.   ISIM JAMID ( اِسْم جَامِد ) yaitu Isim yang tidak terbentuk dari kata lain.
  2.   ISIM MUSYTAQ ( اِسْم مُشْتَق ) yaitu Isim yang dibentuk dari kata lain.

Isim Jamid terbagi dua:

a) ISIM DZAT ( اِسْم ذَات ) atau ISIM JINS ( اِسْم جِنْس )
Contoh: رَجُلٌ (=orang), أَسَدٌ (=singa), نَهْرٌ (=sungai)
b) ISIM MA’NA ( اِسْم مَعْنَى ) atau MASHDAR ( مَصْدَر )
Contoh: عِلْمٌ (=ilmu), عَدْلٌ (=keadilan), شَجَاعَةٌ (=keberanian)

Mashdar adalah Isim yang menunjukkan peristiwa atau kejadian yang tidak disertai dengan penunjukan waktu. Berbeda dengan Fi’il yang terikat dengan waktu, apakah di waktu lampau, sekarang atau Read more of this post

Jumlah Mufidah

جُمْلَة مُفِيْدَة

JUMLAH MUFIDAH (KALIMAT SEMPURNA)

Jumlah Mufidah atau Kalimat Sempurna, bisa dikelompokkan dalam dua golongan besar yaitu:

  1. JUMLAH ISMIYYAH (جُمْلَة اِسْمِيَّة) atau Kalimat Nominal
  2. JUMLAH FI’LIYYAH (جُمْلَة فِعْلِيَّة) atau Kalimat Verbal

1) JUMLAH ISMIYYAH (جُمْلَة اِسْمِيَّة) atau Kalimat Nominal yakni kalimat yang dimulai dengan Isim atau Kata Benda.

Sebuah Jumlah Ismiyyah harus terdiri dari dua bagian yaitu:

  1. MUBTADA’ (مُبْتَدَأ) atau Permulaan Kalimat atau Pokok Kalimat; biasanya merupakan Isim Ma’rifah.
  2. KHABAR (خَبَر) atau Keterangan yakni penjelasan tentang keadaan Mubtada’; biasanya merupakan Isim Nakirah.

Read more of this post

Jumlah Ghairu Mufidah

جُمْلَة غَيْرُ مُفِيْدَة

JUMLAH GHAIRU MUFIDAH (KALIMAT TIDAK SEMPURNA)

Dalam Tata Bahasa Arab, rangkaian kata-kata yang membentuk kalimat terbagi dalam dua golongan besar:

  1. JUMLAH MUFIDAH (جُمْلَة مُفِيْدَة) atau Kalimat Sempurna yaitu sebuah kalimat yang mengandung pikiran yang jelas dan utuh.
  2. JUMLAH GHAIRU MUFIDAH (جُمْلَة غَيْرُ مُفِيْدَة) atau Kalimat Tidak Sempurna yaitu kalimat yang maksudnya belum jelas dan utuh.

Marilah kita pelajari Jumlah Ghairu Mufidah terlebih dahulu. Ada beberapa macam susunan kata atau kalimat yang merupakan Jumlah Ghairu Mufidah, yaitu:

1) SHIFAT-MAUSHUF (صِفَة وَمَوْصُوْف) atau Sifat dan Yang Disifati, biasa pula dinamakan NA’AT-MAN’UT (نَعْت وَمَنْعُوْت) yang artinya sama.
Read more of this post

Adawat Istifham (Kata Tanya)

أَدَوَاتُ الاِسْتِفْهَام

ADAWAT AL-ISTIFHAM (Kata Tanya)

Di bawah ini dicantum beberapa Kata Tanya yang biasa dijumpai dalam Bahasa Arab beserta contohnya masing-masing dalam kalimat:

Cobalah Read more of this post

Harf (Kata Tugas)

حَرْف

HARF (Kata Tugas)

Harf adalah semua jenis kata selain Isim dan Fi’il, yang tidak bisa berdiri sendiri dan tidak memiliki arti yang jelas tanpa kata-kata lain dalam hubungan kalimat.

Contoh Harf: وَ (=dan), مِنْ (=dari), عَنْ (=dari), إِلَى (=ke, kepada), فِيْ (=di, dalam),حَتَّى (=hingga), لاَ (=tidak, tidak ada), إِنْ (=jika), dan lain-lain.

Sekilas catatan penting tentang penggunaan beberapa macam Harf:

1. Beberapa Harf, seperti بِـ (=dengan) di dalam kalimat kadang mempunyai arti, dan kadang hanya sebagai tambahan yang tidak mempunyai arti. Contoh:
أَعُوْذُ بِاللهِ = aku berlindung kepada Allah
كَفَى بِاللهِ شَهِيْدًا = cukuplah Allah (sebagai) saksi Read more of this post

Fi’il Ma’lum – Fi’il Majhul

فِعْل مَعْلُوْم – فِعْل مَجْهُوْل

FI’IL MA’LUM (Kata Kerja Aktif) – FI’IL MAJHUL (Kata Kerja Pasif)

Dalam tata bahasa Indonesia, dikenal istilah Kata Kerja Aktif dan Kata Kerja Pasif. Perhatikan contoh berikut ini:

Abubakar membuka pintu. –> kata “membuka” disebut Kata Kerja Aktif.
Pintu dibuka oleh Abubakar. –> kata “dibuka” disebut Kata Kerja Pasif.

Dalam tata bahasa Arab, dikenal pula istilah Fi’il Ma’lum dan Fi’il Majhul yang fungsinya mirip dengan Kata Kerja Aktif dan Kata Kerja Pasif.

Perhatikan dan bandingksan kedua contoh kalimat di bawah ini: Read more of this post

Fi’il Amar – Fi’il Nahy

فِعْل اْلأمْر – فِعْل النَّهْي

FI’IL AMAR (Kata Kerja Perintah)
FI’IL NAHY (Kata Kerja Larangan)

1) Fi’il Amar (Kata Kerja Perintah)

Fi’il Amar atau Kata Kerja Perintah adalah fi’il yang memuat pekerjaan yang dikehendaki oleh Mutakallim (pembicara) agar dilakukan oleh Mukhathab (lawan bicara). Maka yang menjadi Fa’il (Pelaku) dari Fi’il Amar adalah Dhamir Mukhathab (lawan bicara) atau “orang kedua” sebagai orang yang diperintah untuk melakukan pekerjaan tersebut. Menyuruh mengerjakan sesuatu berarti pekerjaan tersebut diharapkan akan terlaksana di waktu yang akan datang, maka pola dasar Fi’il Amar dibentuk dari Fi’il Mudhari’ dengan perubahan seperti berikut:

Contoh dalam kalimat: dari fi’il عَمِلَ (= beramal, bekerja) menjadi Fi’il Amar:

  • اِعْمَلْ لآِخِرَتِكَ = bekerjalah untuk akhiratmu (lk)
  • اِعْمَلِيْ لآِخِرَتِكِ = bekerjalah untuk akhiratmu (pr)
  • اِعْمَلاَ لآِخِرَتِكُمَا = bekerjalah untuk akhirat kamu berdua
  • اِعْمَلُوْا لآِخِرَتِكُمْ = bekerjalah untuk akhirat kalian (lk)
  • اِعْمَلْنَ لآِخِرَتِكُنَّ = bekerjalah untuk akhirat kalian (pr)

Disamping pola umum di atas, terdapat pula beberapa pola Fi’il Amar yang agak berbeda dari pola di atas, karena menyesuaikan dengan bentuk dasar dari Fi’il asalnya. Perhatikan contoh berikut:

Fi’il قَالَ/يَقُوْلُ (=berkata) bila dijadikan Fi’il Amar menjadi:

  • قُلْ لِقَوْمِكَ = katakanlah kepada kaummu!
  • قُلِيْ لِقَوْمِكِ = katakanlah kepada kaummu (pr)!
  • قُوْلاَ لِقَوْمِكُمَا = katakanlah kepada kaum kamu berdua!
  • قُوْلُوْا لِقَوْمِكُمْ = katakanlah kepada kaum kalian!
  • قُلْنَ لِقَوْمِكُنَّ = katakanlah kepada kaum kalian (pr)!

2) Fi’il Nahy (Kata Kerja Larangan)

Untuk membentuk Fi’il Nahy, kita tinggal menambahkan HARF LAA NAHIYAH لاَ (=jangan) dan memasukkan huruf تَ di awal Fi’il Amar.

Fi’il فَعَلَ/يَفْعَلُ (=mengerjakan) bila dijadikan Fi’il Amar menjadi:

Dari fi’il خَافَ (= takut) dan fi’il حَزِنَ (= sedih) menjadi Fi’il Nahy:

  • لاَ تَخَفْ وَلاَ تَحْزَنْ = jangan (engkau -lk) takut dan jangan sedih
  • لاَ تَخَافِيْ وَلاَ تَحْزَنِيْ = jangan (engkau -pr) takut dan jangan sedih
  • لاَ تَخَافَا وَلاَ تَحْزَنَا = jangan (kamu berdua) takut dan jangan sedih
  • لاَ تَخَافُوْا وَلاَ تَحْزَنُوْا = jangan (kalian -lk) takut dan jangan sedih
  • لاَ تَخَفْنَ وَلاَ تَحْزَنَّ = jangan (kalian -pr) takut dan jangan sedih

Catatan: Bila huruf akhir sebuah Fi’il adalah sukun dan bertemu dengan awalan Alif-Lam dari sebuah Isim Ma’rifah, maka untuk pelafalannya, baris sukun dari huruf akhir fi’il amar tersebut dibaca dengan baris kasrah. Misalnya: (أَقِمْ الصَّلاَةَ) dibaca (أَقِمِ الصَّلاَةَ)

Fi’il (Kata Kerja)

فِعْل

FI’IL (Kata Kerja)

Fi’il dibagi atas dua golongan besar menurut waktu terjadinya:
1. FI’IL MADHY (فِعْل مَاضِي) atau Kata Kerja Lampau.
2. FI’IL MUDHARI’ (فِعْل مُضَارِع) atau Kata Kerja Kini/Nanti.

Baik Fi’il Madhy maupun Fi’il Mudhari’, senantiasa mengalami perubahan bentuk sesuai dengan jenis Dhamir yang bertindak sebagai FA’IL (فَاعِل) atau Pelaku dari pekerjaan itu.

Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui Fa’il (Pelaku) dari suatu kejadian/pekerjaan dan Dhamir (Kata Ganti) apa yang setara dengan Fa’il tersebut. Read more of this post

Dhamir Nashab

  ضَمِيْر نَصْب

DHAMIR NASHAB (Kata Ganti Objek)

Dhamir Nashab adalah turunan dari Dhamir Rafa’. Dengan kata lain, setiap Dhamir Rafa’ memiliki padanan dengan Dhamir Nashab; maknanya sama tetapi bentuk dan fungsinya berbeda.

Perhatikan tabel Dhamir Rafa’ dan Dhamir Nashab berikut ini:

Perbedaan yang paling mendasar antara kedua jenis Dhamir ini adalah: Read more of this post